Kiat Membangun Intropeksi Diri
Manusia
dari sejak kecil dilahirkan dan dibesarkan agar senantiasa berguna bagi yang
lainnya. Selalu diajarkan tentang budaya, agar tak lupa dengan roh sejatinya,
diajarkan soal agama agar memiliki akhlak yang mulia dan diajarkan bersosial
agar mau menjadi bagian dari segerombolan makhluk berakal yang disebut
manusia.
Ketika
masa kecil, saya selalu berpikir bahwa kriteria manusia selalu saja ada dua.
Yakni jahat dan baik. Mungkin bagi sebagian orang ada yang setuju dengan
pandangan seperti itu. Ya, termasuk saya sendiri. Kita tahu bahwasannya akan
selalu ada kejadian yang berkaitan dengan manusia dan tak terlepas dari
perilaku dan persepsi. Bagi saya persepsi mengenai seseorang ketika memiliki suatu
kesalahan dan itu membuat diri kita jatuh dalam jurang kemarahan, maka sesungguhnya
kata jahat itu tertera pada diri sendiri. Kenapa? Karena di dunia akan selalu
ada yang membawa diri kita kedalam kotak yang penuh dengan duri yang siap membunuh
kapan pun, yakni cobaan.
Kadang
kata maaf pun selalu enggan untuk dikeluarkan ketika kita membuat kesalahan
entah di sengaja maupun tidak. Selalu ada penahan didalam nurani seakan kata “maaf”
adalah sesuatu yang dosa dan tak usah dilakukan.
Teruntuk
diri ini, saya akan terus berdosa dan membuat kesalahan. Untuk itu “maaf” dan
segala perilakunya bisa menjadi pendorong untuk terus berintropeksi diri.
Sekian.
Komentar
Posting Komentar